aialdblog

Tuesday, November 28, 2006


Disneyland Paris (part One)


Pernah merasakan bepergian jauh dengan jumlah anggota keluarga yang banyak? Maksudnya, beranggotakan anak-anak kecil atau malah bayi? Hmmmm…. bisa dibayangkan pasti merepotkan sekaligus menguji urat kesabaran anda. Segala plan yang sudah disusun sebelum perjalanan hampir bisa dipastikan akan melenceng. Mulai dari list perlengkapan bawaan (yang ini bertambah banyak), jadwal keberangkatan dari rumah (ini molor) hingga obyek wisata yang dituju (ini pastinya berkurang atau jadi lain).

Ini terjadi pada saya saat bersama keluarga (mein Ehepaar, 2 kinder, dan 1 baby), alhamdulillah banget berkesempatan mengunjungi negaranya Francois Mitterrand. atau negeri tempat Anggun C.Sasmi sekarang berkarir dan bermukim, atau negeri romantis tempat Eiffel I’m in Love di-shoot, atau you name it….

Hari H-nya (From word ‘Hari’, as England say D Day (D for Day/Date), or T Tag in Deutsch) tanggal 05 November 2006. Ramalan cuaca untuk tiga hari ke depannya cukup menjanjikan ‘kesejukan’. Sat Ein Weather menampakkan ‘Misty weather’ max.07 C dan min 1C. Lumayanlah, daripada gerimis mengundang atau bahkan hujan lebat.

Perjalanan ini memang sudah diagendakan 2 bulan sebemlumnya. Berbagai aji mumpung jadi bahan referensi liburan kali ini. Mumpung bisa boyong keluarga kesini setelah sebelumnya dua tahun ‘berpisah’, mumpung lagi ada paket murah dari Condor, mumpung order kerjaan kantor lagi sepi, bla…bla…bla. Konfirmasi tiket pesawat dan bookingan hotel via internet sudah jauh-jauh hari dikantongi. Mungkin karena sudah mendekati musim winter, tiket pesawat dan kamar sukses digebet dengan total ‘hanya’ sekitar 500 Euro buat kami sekeluarga. Hmmm lumayan. Apalagi seminggu sebelum Hari H-nya, pihak penerbangan menginformasikan bahwa pesawat pergi dan pulangnya dialihkan ke Lufthansa. Acikkk 3x……

Karena melibatkan banyak ‘pihak’, maka otomatis persiapan buat bepergian jauh / liburan ini memang butuh ekstra persiapan juga. Kalo biasanya untuk perjalanan dinas sendirian aku cukup mempersiapkan koper beberapa jam sebelum berangkat ke bandara, maka kali ini semua prosesi atawa ritualnya sudah harus dimulai semalam sebelumnya, biar nggak keteteran. Popok masuk, obat2an ikut, kinder toys (biar mereka nggak bete) juga turut. Ujung-ujungnya semuanya masuk ke satu koper besar, satu koper kecil buat hand luggage. Ini belum termasuk dengan tentengan masing-masing karena si Aan dan Lala ngotot bawa tas punggung sendiri.

Meski sudah terbangun pukul 05.00 pagi hingga semua pasukan siap, sisa waktu sebelum pesawat take off sangat mepet, hanya tinggal satu setengah jam lagi. Memilih U Bahn ama S Bahn yang siap mengantarkan ke airport berkonsekuensi makan waktu satu setengah hingga dua jam. Terlalu riskan untuk memilihnya, karena tiket murah seperti ini nggak bisa di re-schedule. Jadi…daripada-daripada, lebih baik - lebih baik. Extra 50 Euro untuk biaya taksi tak terduga dari Petuelring ke Josef Strauss Munich Airport pun keluar tersendat-sendat dari kantong.

Setiba di airport Terminal 2, ruang terminal tampak ramai meski di saat cuaca dingin seperti pagi ini. Antrian tampak teratur dan lancar, karena terdapat 7 counter yang membuka pelayanan check in, termasuk 5 untuk economy class.

Here are our tickets, as well as our (lovely green Indonesian)passports…”kataku petugas di belakang meja check in saat tiba giliran

LH9233 to CDG Paris? Is this really planned for flying? Can you please check in on that flight info board?” balasnya.

Ya Tuhan…jangan sekarang dong surprisenya…

It is right on that board, boarding for 10.30!” seru gue yakin ( dari tadi emang udah liat kok).

Can you tell me why you ask me such question?” penasaran gue bertanya balik.

We had yesterday two passengers converted from Condor who could not fly to Paris as the flight time was rescheduled! I guessed you are lucky today!” katanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer.

Tiket murah nggak boleh protes pak. Beggars can’t be choosers, but sometimes they are also lucky strikers….

You are a family with five members, right?”tanyanya.

Yeap, as you see!” balasku (udah itung tiketnya juga, kan?).

I’m sorry but I can only find four names in the system.....

Hwaladalah….apa pula ini bah…

…..Amanda Zulfadhila is not there. But do not worry about it. I’ll see what I can do. In the mean time, you can move this baby trolley to that bulky luggage counter with these baggage coupons, and come back to me afterwards” kata petugas itu lagi, seraya mengangkat gagang telpon dan langsung menelpon supervisornya.

Abis menitipkan trolley Dinda ( pinjaman ding, dari Alza), sesuai perintah gue langsung balik lagi buat siap2 perang mulut.

Now, tell me the news….” kata gue.

You’re again lucky. She will also be on board like others ….” katanya.

(Yeee...terang aja bung! Kalo Lala nggak kebagian boarding kita semua juga nggak bakalan naik pesawat dan ninggalin dia sendirian kan?) sungut gue dalam hati.

“No…YOU are lucky, that you could find her a place on board. Otherwise we will not stop this quarrel so easily” kata gue namun masih menjaga volume suara. Sok jaim…aja.

(Tapi asyik aja kali ya, kalo betul kejadian ada pertunjukan dark skinny marahin bule di negerinya sendiri, di depan teman-teminnya sendiri…hehehe. Emang lagi untung aja die…)

Sejam kemudian kami semua sudah siap duduk manis di seat masing-masing (8 A,B, C dan 9D), kecuali Dinda yang masih pengen mondar-mandir di sepanjang alley pesawat. Kalo nggak diancam dan disogok cokelat plus mainan dari pramugari, mungkin doi nggak bakalan tunduk dan takluk.

Dinggg….lampu tanda sabuk pengaman padam. Lala ama Aan langsung sibuk mengeluarkan mainan elektronik masing2. Dinda terlihat sudah mengembara di alam mimpi sambil asyik mengemut botol dotnya. Pramugari cantik dengan sigap langsung mengeluarkan isi food trolley dan menawarkan minuman pada para penumpang. Tapi eittsss tunggu dulu, untuk ekonomi jangan berharap banyak ya… nggak ada pilihan mo makan apa. Itu cuma buat kelas bisnis saja. Buat kelas ekonomi, adanya setangkup roti diselipin keju plus bonus cokelat batangan. Hukum pemasaran seperti biasanya pun berlaku, harga menunjukkan mutu ataw…Cheap flyer, cheap meal….ataw harga tiket lu murah berarti lu juga m…..n. Ah yang terakhir ini nggaklah. Kan pake uang sendiri ini, bukan uang rakyat... :-)

Sampai di CDG Airport, waktu sudah menunjukkan pukul 13.10. Arsitektur bandara yang masih dalam proses renovasi (sejak 2 tahun lalu?) kelihatan tidak terlalu memberi kesan wah. Lorong seperti pipa yang dilalui setelah turun dari pesawat cenderung bikin bingung penumpang untuk mencari jalan menuju arrival hall dan baggage claim. Tanpa plang petunjuk, atau kalo lagi puyeng bin lemot karena masih jetlag, saya ragu apakah seseorang bisa menemukannya dengan mudah.

Ingat kalo Paris terkenal dengan aksi mogoknya, rada kuatir juga kalo sampai kejadian. Untungnya, kekhawatiran itu tidak terbukti. Kebayang kalo harus liburan tanpa bagasi..... Uppsss...not in my dictionary.

Pengumuman.....Pengumuman.....

Para pekerja bandara CDG Paris dan yang terkait dangan segala kegiatannya....
Harap diperhatiken dan dicamken (he...he...jadi ingat seseorang nih...)
NO STRIKE FROM TODAY ON UNTIL 08 NOV!!!.
Bos Arman ama rombongan mo datang saat itu. Nggak usah pake acara seremoni segala dengan karpet merah untuk penyambutan.
Cukup dengan nggak mogok aja.
Sesudah tanggal tersebut diatas, kalo mo mogok kerja, terserah... :-)

Abis ngambil barang dan semuanya komplet jumlahnya, rombongan ‘pramuka’ ini langsung naik lift menuju ke Terminal 1 Departure, tepatnya pintu no. 22 tempat bus VEA Navette Shuttle nangkring. Bus dengan jadwal antar jemput ke dan dari Disney Hotels setiap 30 menit ini tak lama kemudian datang. Supir bus berperawakan kekar berkulit hitam turun membantu membukakan pintu bagasi. Dinda langsung ketawa genit ditawari balon gas berwujud kepala Minnie sesaat sebelum menaiki bus. Bus lalu meluncur dan berkeliling ke beberapa terminal point untuk menjemput para penumpang lain yang punya hajatan sama sebelum meluncur ke Disney Resort.

Jarak ke resort di wilayah Marne-la-Valley itu ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Menurut data statistik, resort dengan luas sekitar 1943 hektar ini rata-rata dikunjungi sekitar 15 juta penggemarnya sejak dibuka tanggal 12 April 1992. Jadi penasaran sekaligus excited kalo kami mungkin berada di range pengunjung ke 210 juta sekian. Kalo pake mode maksa ‘on’, berarti pengunjung Disney Paris ini sudah hampir sama dengan jumlah seluruh penduduk Indonesia.

Wow….can you imagine that!!!!!! How much incentive they have got for their country from only one fun resort.

Taruhlah satu orang turis ngasih keuntungan €10 (ini kayaknya model turis irit abis yang nggak beli accessories sama sekali) berarti setahun mereka dapat €150 jeti. Coba kita bikin satu aja di Indonesia. Atau, …..Dufan dibikin se 'wah' ini. Atau…. Cukkuuupppppp!!!!!. Mikirin ini semua bikin otak puyeng, hati jadi sirik, nasionalisme terluka (bah!). Mending have fun aja, kan lagi liburan…… Gue mo temenin anak-anak mandi di kolam renangnya Hotel Explorer yang punya luncuran ala Secret Lagoon berbentuk kepala naga dengan panjang jelajah dari puncak hingga nyemplung ke air sekitar 30 detik. Plunggggg.........




Bersambung........