aialdblog

Sunday, May 06, 2007

Just Go for It……

A little sincerity is a dangerous thing, and a great deal of it is absolutely fatal (Oscar Wilde)

Pernah dengar kalimat ini sebelumnya?

Kalo saya coba menerjemahkan kalimat tersebut diatas dengan bahasa sendiri, mungkin akan seperti ini:

Terlalu sedikit berbuat baik, akan berbahaya, apalagi kalo terlalu baik akan fatal akibatnya. Yang sedang-sedang saja. Yang wajar-wajar saja.

Bukankah emang yang paling enak adalah yang di tengah ?

Kata orang alim, sering-seringlah berbuat baik dan ikhlas karenanya. Dengan berbuat kebajikan, Allah telah menjanjikan untuk memberi reward yang entah darimana asalnya, pada saat yang kita pun tak pernah menduganya. Analoginya seperti mengisi botol air kebajikan yang lama kelamaan akan penuh dan rembesan air yang meluap akan mengenai kita juga akhirnya.

Tapi …..

Kadang kebajikan yang kita perbuat disalah gunakan oleh orang lain. Mungkin tendensi ini yang ingin ditekankan dari kalimat diatas, bahwa jangan terlalu baik (baca lembek). Orang kadang salah mengartikan bahwa seseorang yang terlalu baik akan gampang dimanipulasi oleh orang sekitarnya.

Contohnya: Saya pernah baca e-mail yang menceritakan modus operandi kejahatan atas wanita yang alih alih pengen ngantar pulang seorang anak yang kelihatannya sedang tersesat di jalan, eh… tiba-tiba setelah siuman dari pingsannya mendapati dirinya habis digagahi oleh sekelompok pemuda yang tak dikenal. Heh…mengenaskan.

Menurut saya pribadi…tak pernah ada kata cukup untuk mencoba berbuat baik. Tak ada kata fatal dalam kamus berbuat kebajikan.

Sebab....

Kalo mencoba berhitung-hitung, tak ada jaminan bahwa amal kebajikan selama ini sudah cukup melampaui atau paling tidak mengimbangi dosa, kenakalan, keisengan, kejahilan yang telah dengan sengaja atau tidak dilakukan sejak penanda masa akil baligh hadir. Ada orang yang emoh menjadi lilin yang menerangi sekitarnya karena dianggap seakan menyakiti diri sendiri, tapi bukankah itu lebih berharga daripada dianggap tidak memberi manfaat bagi sesama, bukan?
Lantas hidup ini untuk apa kalo bukan untuk menjadi manfaat bagi sekitar?

Contoh perbuatan tidak senonoh seperti diatas semoga jangan lantas menjadikan diri surut untuk itu. Kalo perbuatan baik itu akan mendapatkan Reward dari-Nya, begitupun sebaliknya. Iya toh…..?

Karena selama dunia ini berputar, akan selalu ada sisi hitam di balik sisi putih.

Wednesday, May 02, 2007

LUGU

Semua dari kita pasti pernah mendengar kata lugu. Spontan yang terpetik di benak kita adalah semua kata yang sejenis itu seperti imut, naif, polos, bagai tak berdosa, atau bahkan diklaim sebagai singkatan dari lucu dan gundul.

Yang lazim digelari lugu umumnya adalah anak-anak kecil atau binatang peliharaan rumah . Dengan sorot yang umumnya polos, anak-anak kecil memang hampir mewakili seluruh elemen lugu itu tadi. Parasnya yang bak bidadari, sorot mata yang riang dan penuh pengharapan, dan sekaligus tanpa prasangka terhadap orang/makhluk lain, membuat orang lain merasa tak bosan untuk menatap. Kalo ingin menggambarkan, kayak itu tuh…. Puss in Boots, si kucing yang maen di SHREK yang langsung pasang tampang lugu bin memelas saat dihadang musuh. Pas banget kayak itu tuh……

Penempatan anak kecil sebagai makhluk yang lugu itu bukan tanpa sebab. Diakui atau tidak, pemberian gelar itu didasari oleh keyakinan bahwa anak kecil itu tak dapat dipungkiri adalah makhluk yang belum berdosa. Segala kata adalah fatwa, segala pikiran adalah kepolosan jiwa dan segala tindakan adalah spontanitas belaka. Mereka dipayungi oleh pandangan bahwa syak wasangka, iri, dengki, bohong atau sejenisnya adalah hal yang mustahil bagi mereka, kesebalikan dari dunia orang dewasa yang sangat ´berwarna´ dan lebih rumit.

Ekspresi kaget adalah ekspresi yang sering kita lihat jika mendengar seorang anak dengan paras yang imut mampu mengeluarkan kata atau kalimat yang menyentakkan sang orangtua di depan orang banyak di siang bolong, dengan volume tinggi saat tak banyak kebisingan di sekitar (hemmm…… kurang apa lagi,ya? Oh ya….bonus kata jorok yang tak pantas didengar…cukup?)

Tapi saudara-saudara…

Bukan……

Sekali lagi bukan itu yang ingin saya soroti di tulisan bertopik LUGU ini.

Saat surfing di Youtube, saya tertarik melihat situasi saat seorang kontestan American Idol season 6 di tahun 2007 ini berinitial MD diklaim lugu namun bersuara dahsyat oleh sang juri, mendadak komentar miring bermunculan, meski tak sedikit pula yang bernada membela.

Yang kontra spontan mengatakan :
  • Ahh….. Itu kan bisa-bisanya dia aja…..
  • Dia dari babak audisi udah pake strategi pasang tampang memelas gitu biar bikin pemirsa jatuh hati, dan tak kemudian tak ragu untuk mengirim SMS atau menelpon demi memberikan dukungan suara baginya.
  • Gue jadi pengen nih ngeliatnya…..Pengen nampar tau nggak …Munaaaaaa.

Yang bernada pro kontan ngebalas:

  • Yang sirik tetaplah sirik. Orang mo sebagus apa juga, kalo emang bawaannya sirik nggak bakal jadi Nirmala……..
  • Anjing menggonggong, kafilah jalan terus.
    Makin di atas, anginnya emang makin kencang. Emang doi suaranya mantabbb kok…….
  • Enak aja…..doi tuh dari sejak sekolahan dulu orangnya emang keliatan lugu begitu. Makanya dari dulu cuman jadi backing vocal doang. Baru sekarang doi PD buat maju ikutan….. Hidup MD…..

Yang lebih ingin saya soroti adalah rasa keterkejutan atau mungkin lebih tepatnya kesinisan kita saat melihat di jaman seperti sekarang ini jika melihat orang dengan bakat plus yang lugu. Kecenderungan yang sekarang terjadi adalah bahwa kita seringkali jadi memandang segala sesuatu dengan kacamata sinis dan menafikan bisikan untuk berbaik sangka.

Dengan segala fenomena yang terjadi di dunia ini, dimana hitam seringkali dapat dialihkan menjadi abu-abu atau bahkan jadi terlihat putih sama sekali, kenyataan bahwa masih ada orang dewasa yang lugu dengan segala kelebihannya dijaman ini bisa sangat menggelitik hati, menowel pinggang, menohok ulu hati.

Seolah tak rela melihat orang yang punya kelebihan tapi tetap rendah hati bahkan cenderung introvert dengan kelebihan itu. So what….. Emangnya nggak mungkin, menjadi orang dengan bakat yang luar biasa namun tetap bisa cool ?

Cobaan untuk tetap rendah hati saat memiliki segala kelebihan itu pastilah lebih berat dibanding cobaan saat menghadapi kenyataan bahwa kita merasa tak memiliki sesuatu yang bisa diandalkan. Ada banyak contoh dimana orang disenangi saat masih ´biasa´ saja, tapi dijauhi orang saat berjaya, sebagaimana ada banyak orang yang tahan dicoba kemiskinan, tapi gagal saat dicoba dengan harta yang melimpah….