aialdblog

Monday, January 29, 2007

A to tha L to tha G to tha I to tha E to tha R……


Jumat, 26/01/07

Algier….. Yang teringat langsung si Zizou yang juga berarti si kucing putih dalam bahasa Prancis, secara di depan gue ada orang duduk di bangku pesawat, dan postur ama cukurnya mirip doi. Kali aja bener doi, mo ke Algier buat nengok moyangnya J, pikir gue. Waktu doi balik, ternyata bukan. Lumayan kann…kalo betul doi. Soalnya tuh orang minta pinjem pulpen buat ngisi arrival card. Hehh….batal deh minta autograph ato foto bersama. Arman…Arman….Zizou tuh kalo pergi kemana2 pake pesawat pribadi lagi…. Mana mau doi naik Alitalia kayak lu!!!

Belum habis kagum gue dengan bandara Fiumicino tempat transit di Roma yang punya train penghubung dari Duty Free setelah security area menuju Boarding Gate yang jumlahnya bejibun, sekarang tiba di bandara Algier saya tidak mengharapkan akan menjumpai bandara yang cukup representatif juga. Ternyata emang `baru´ dibuka 5 July lalu – bertepatan dengan hari kemerdekaan mereka- setelah menjalani masa 20 tahun konstruksi dan menghabiskan 50 billion rupiah eh …dollar (cukup niat juga nih), dan sanggup menampung 2,3 juta penumpang. Jumlah check in counternya sih gila….ada 63. Kalo salah informasi t4 check in, bisa lumayan gempor juga tuh kaki…. Tapi lucunya tempat cuci mata alias Duty Free Shop yang baru buka cuma 3, 2 diantaranya adalah kafe!!. Modelnya nyontek dari bandara Frankfurt. Bandara Mohammed V Maroko ama Carthage Tunis tetangga mereka sekarang kalah keren dari yang satu ini. Tapi jangan takut Cengkareng dan Hasanuddin-ku !! Bagiku kalian adalah the most wanted airport to see whatsoever..he..he.

Setelah turun, semua plang ternyata hanya dalam huruf Arab gundul dan bahasa Perancis. Mulai dari Sortie sampai réclamation de bagages. Dari satu sisi ini gue cukup salut, soalnya mereka turut ngambil (baca mewarisi) bahasa mantan penjajahnya dulu. Nggak kayak kita, yang sangat tinggi nilai nasionalismenya dan enggan mewarisi bahasa mantan penjajah kita dulu….Coba kalo tau persaingan global akan makin ketat seperti sekarang ini….mungkin sambil berperang dulu, pejuang kita akan sempatkan diri kursus Londo situ, dan ngajarin anaknya pade. Sekalian bisa jadi nilai tambah untuk jadi mata-mata demi mengetahui strategi mereka kan ?

Shuttle bus Hilton cuma makan waktu 10 menit untuk tiba ke pelataran hotel. Di jalan ada papan reklame dengan gambar plontos Zidane. Ternyata iklan operator telepon seluler NEDJM. Bunyinya:

Nuhibbuha, wa nuhibbu man yuhibbuha….

Artinya kira2: Kami menyukainya, sebagaimana kami menyukai yang menggemarinya.


Tiba di hotel, Check in, minta kamar yang ada koneksi internetnya -biar gampang bikin laporan dan sekalian bisa browsing blog- , langsung mandi dan ganti baju. Yang mengherankan, di kamar Hotel Hilton di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini, gue sempet bingung nyari arah kiblatnya. Liat langit-langit, buka semua laci, nggak ada. di kamar mandi juga apalagi…Terpaksa minta bantuan Housekeeping untuk itu.

Cuci muka, turun ke lobbi buat nunggu rekan dari Tunis untuk diskusi jadwal meeting keesokan harinya, trus langsung makan malam larut. Pilih yang cepat aja, Tanjine seafood, kayak gorengan isi seafood gitu sebagai appetizer, dan lamb skewer sebagai main coursenya. Kita jadi tamu terakhir jam 12.00, untungnya nggak dimintai tolong nyusun meja dan kursinya.

Langsung tidur malam itu setelah nelpon ke rumah ngasih dan nyari kabar adalah satu-satunya pilihan. Apalagi channel yang berbahasa Inggris cuma EuroSport News.


Sabtu, 27/01/07

Hari ini semuanya berjalan alot sebagaimana sudah diprediksi. Besok, semoga semuanya lancar-lancar aja. Mo cepat pulang ajah. Nggak sightseeing juga nggak apa-apa, berhubung situasi Algier emang lagi (selalu) siaga karena civil war oleh militan yang baru relatif mereda setelah berlangsung satu dekade lalu. Tadi pulang dari kantor proyek, cuma sempat liat Martyr monument, tempat para martir pejuang kemerdekaan tanpa nama. Dari segi desain bentuknya tidak lebih bagus dari Monas. Terlihat sebagai tugu yang terdiri dari tiga batang pohon palem mengapit eternal flame. Lalu ada Grande Porto, benteng di ketinggian dengan motif mozaik di dindingnya. Dari atas sini keliatan hampir seluruh wilayah Algier.

Mo kemana-mana di Algier disarankan harus ditemani ama yang tau lokasi. Di sudut2 jalan memang terlihat polisi siaga dengan senjatanya untuk menghindari acts of violence, indiscriminate attacks, bomb raids on villages or vehicle-jackings. Oh ya……pernah bahkan ada kejadian tertembaknya turis jerman yang mengendarai mobil tapi disangka oleh polisi adalah rebel atau imigran militant. Ternyata di Algier, kalo malam hari melewati jalan yang dijaga barikade polisi, pengemudi harus menyalakan lampu bagian dalam mobil, dan mematikan lampu sorot. Sang turis tersebut nggak tau peraturan ini, jelas aja menyalakan lampu sorot dan nggak menyalakan lampu bagian dalam mobil. Dia pikir ngapain juga mobil di depannya jalan kayak akuarium…. Diperingati doi nggak ngeh….akhirnya ditembaklah sang turis. Tragis heh……


Ahad, 28 Jan 2007

Meeting terakhir berjalan cepat tanpa hambatan. Pukul 13.45, menit taxi yang kami tumpangi meluncur ke bandara. Habis check di counter 1A, waktu masih tersisa 2 jam sebelum jadwal terbang 17.35. Dufree buat cuci mata baru 4 yang buka, 3 diantaranya adalah café. Rencana beli merchandise Algier ‘gatot’ karenanya.

O ya….Sempat ada kejadian menegangkan gua di airport. Secara saat security check in sebelum boarding, petugas yang bertugas ternyata jeli melihat kalo masa berlaku visa Algier gue baru efektif tanggal 3 Feb nanti. Lho…kok…gue nggak ngeh, apalagi petugas yang menstempel paspor gue saat masuk dua hari yang lalu. Gue lantas ingat kalo waktu ngajuin aplikasi visa tgl 21 Jan lalu, gue nulis kira2 tgl keberangkatan adalah 3 Feb. Soalnya informasi dari bagian visa kantor, bilangnya visa baru selesai sekitar 10 hari dari pendaftaran.

Lantas gue coba ngeles…

Come on man, anyway I’m leaving this country, and I was not involved in any of criminal acts during my stay…. (Iyalah…orang baik ini!)

Dipanggillah olehnya sang supervisor. Diskusi sebentar dalam bahasa Arab, sempat gue nangkap maksudnya kalo sang supervisor bilang bahwa itu kan bukan salah petugas dia, jadi sekarang biarin orang keren ini pergi, dan lu stempel, dan kasi catatan kalo visa itu harusnya berlaku mulai 3 Feb…. Gua langsung senyum dan ngacungin jempol ke dia.

OK…stempel….Takk…..

Baru jalan beberapa langkah, sang supervisor manggil lagi. Mr. Saleh!!!! Uppss ada apa lagi nih, pikir gue. Ternyata doi mo nanya… Emang lu bisa bahasa Arab? Gue jawab…iya…tapi sedikit ajah…. Oh….doi lalu ketawa, dan bilang Maas salamah….Lalu gue jawab Ilal Liqo'…. Ahhh ta’ pikir apa tadi, kirain mo minta tandatangan dan foto bersama….


Moral of the Story:

1. Kalo liat orang gundul dari belakang, tujuan Algier, itu belum tentu orbek (baca Zizou). Kali aja…ordinary Pak Ogah yang bakalan minjem pulpen lu…hehe…..

2. Kalo jalan ke negeri orang, cari informasi sebanyak2nya, formal ataupun non formal -biar selamat nggak kayak turis diatas- meski anda bepergian tidak dengan mas Slamet.

3. Oh…ya cek masa berlaku visa anda, biar nggak ketar ketir di airport saat pemeriksaan kayak orang keren diatas.

Monday, January 08, 2007


Saya penjaja kue semprong, bukan pengemis...

Berikut adalah cerita/e-mail yang insyaallah merupakan kisah nyata dan diforward oleh seorang teman di IDTG (Indonesian Dubai Tennis Group), dan pernah diposting juga oleh http://yuniargo.multiply.com/journal/item/43. Judulnya sama, dan isi tidak ditambah apalagi dikurangi. Semoga bermanfaat bagi diri sendiri pada khususnya, dan pembaca blog ini pada umumnya.

Saya penjaja kue semprong, bukan pengemis...

Semalam saya keluar dari Ranch Market jam 20.30. Hujan deras. Petugas Ranch Market setengah berlari mendorong trolly berisi barang-barang belanjaan saya. Saya juga berlari-lari kecil menjajari langkahnya menuju mobil. Saya membukakan bagasi dan petugas memindahkan barang-barang belanjaan saya. Seorang penjaja kue semprong mendekati kami. Memang setahu saya banyak penjaja kue semprong disana menjajakan barang dagangannya dengan sedikit memaksa. Karena terlalu biasa saya tidak mengacuhkannya, apalagi di hujan deras seperti ini. Setelah memberikan tip saya masuk mobil,namun masih saya dengar ucapan penjaja kue semprong tersebut, 'Bu, beli kue semprongnya untuk ongkos pulang ke Tangerang". Didalam mobil saya berpikir saya kasih uang saja karena penganan yang saya beli di supermarket sudah cukup banyak,bagaimana jika tidak ada yang menghabisinya. Nanti jatuhnya mubazir. Saya memang lebih suka dengan para penjaja kue seperti ini ketimbang pengemis. Pelajaran berharga yang pernah saya dapat dari mantan bos saya sembilan tahun lalu.....

Masih teringat ucapannya ketika itu kami berdiskusi di kantor."Coba kalau ada penjaja makanan atau barang dan pengemis di lampu merah mana yang kamu berikan uang?, tanyanya. Belum sampai kami menjawab, ia berkata lagi"pasti yang kamu berikan uang si pengemis itu dan penjaja makanan atau barang itu kamu acuhkan". Secara serempak kami mengiyakan. "Coba pikirkan lagi, si pengemis itu pemalas tidak bermoral, kenapa kita kasih uang, sementara si penjaja makanan ataupun barang punya harga diri, dan pastinya secara pribadi lebih baik dari si pengemis, lalu kenapa kita tidak membeli barang dagangan si penjaja makanan atau barang tersebut? Teman saya nyeletuk,"karena kita ngga butuh". Mantan bos saya bergumam,"Ya betul karena kita tidak butuh".

Obrolan itu begitu singkat, tapi begitu mengena di hati saya.Beliau membuka mata hati saya untuk lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan, bukan hanya berpikir praktis saja. Dan sejak itu saya lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan atau barang di jalanan dibandingkan para pengemis.....

Penjaja jual kue semprong itu masih dengan setia menanti disisi mobil saya. Saya menghela nafas. Bukan karena tidak rela berbagi rejeki tapi karena menyesali banyak sekali penganan yang sudah saya beli tadi. Akhirnya saya membuka kaca,

"Pak, saya tidak mau beli kue semprongnya,tapi kalau bapak saya beri uang mau tidak?".

Tidak dinyana penjaja kue semprong itu menggelengkan kepalanya dan pergi dengan cepatnya dari sisi mobil saya. Saya tersentak dan menutup kaca jendela,hujan mengguyur deras dan membanjiri sisi kaca dalam mobil saya karena berbicara dengan si penjaja kue semprong. Beberapa detik saya kehilangan daya ingat saya,karena tidak menyangka ucapan yang keluar dari penjaja kue semprong tadi. Sembilan tahun saya telah lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan ataupunbarang dibanding pengemis. Sesekali jika saya tidak butuh barang mereka,selalu saya ucapkan kalimat tadi, dan hampir semuanya tidak pernah menolak pemberian saya. Baru kali ini ada yang menolaknya.

Baru kali ini ...

Hujan mengguyur makin deras dan saya masih terpaku di mobil, terbayang ucapannya

"untuk ongkos pulang ke Tangerang.."

sementara total nilai belanjaan saya tadi mungkin bisa untuk ongkos pulang Bapak penjaja kue semprong selama tiga bulan.Tersentak saya mencari-cari bayangan penjaja kue semprong tadi ditengah kabut dari derasnya hujan, terlihat pikulannya ada di pinggir teras sebuah toko tutup. Penjajanya duduk dibawah dengan muka pasrah. Saya mundurkan mobil menuju kearahnya. Kembali saya buka kaca jendela sebelah kiri ditengah guyuran hujan dan menjerit,

'Pak, memang harganya berapa ?"

Ia menyebutkan sejumlah harga yang sangat murah. Akhirnya saya katakan,"ya sudah deh beli satu". Dia membawa kue semprong pesanan saya di dalam plastik. Sampai di mobil, saya serahkan uang, dan dia bengong karena saya tidak menyerahkan uang pas. Saya tau dia pasti bingung memikirkan kembaliannya, tapi dengan cepat saya katakan,

"kembaliannya ambil buat Bapak saja". Dia bengong."ambil saja Pak, ini rejeki Bapak, memang hak Bapak".

Dia meneguk ludah, sebelum sempat dia mengucapkan apa-apa saya langsung menutup kaca mobil dan pergi.

Tiba-tiba air mata ini mengalir deras melebihi derasnya hujan diluar sana. Kalau Bapak itu tidak menerimanya, saya tidak tahu seberapa sakitnya hati saya,karena didalam rejeki saya ada hak mereka termasuk hak Bapak penjaja kue semprong itu. Tiap bulan memang selalu saya sisihkan buatmereka, tapi mengetahui bahwa saya telah memberikan betul- betul kepada orang yang berhak menerimanya, betul betul kepada orang yang berhati mulia, dan betul- betul kepada orang yang membutuhkannya, betul- betul membuat saya merasa hidup saya begitu bermakna dan saya sangat bersyukur atas rahmat-Nya. Ditengah leher saya yang sakit sekali karena tercekat, saya berdoa kepada Allah agar Bapak penjaja kue semprong tersebut dan keluarganya diberikan rahmat, kemurahan rezeki dan kemudahan hidup oleh Allah. Dan saya bersyukur atas segala rahmat dankemudahan hidup yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga saya. Hujan masih deras mengguyur kaca mobil. Mudah-mudahan hujan cepat reda supaya bapak penjaja kue semprong tadi bisa pulang tanpa kehujanan.

Moral of the story menurut gue :

Cepat rebut kesempatan untuk berbuat baik. Begitu hati kita tergerak, segeralah lakukan kebajikan itu, sekecil apapun kemampuan kita. Momentum yang ada jangan sampai hilang begitu saja.

Menurut anda sendiri??????

Friday, January 05, 2007

MANFAAT LAIN BLOG


Dua hari yang lalu Aan ultah yang ketujuh. Tante Niken (Thanks ya Alza) ngasih kado berupa paket permainan, ada kartu memori, kartu UNO, ama Die Ritter von der Haselnuß (The Knight of Hazelnut). Yang kesebut belakangan ini baru liat, dan petunjuk permainannya cuma dalam bahasa Jerman. Berhubung bahasa Jerman gue lumayan payah, gue bilang ama Aan kalo nanti bisa minta bantuan papanya Alza buat nerangin cara permainannya.

Lha pagi ini karena telat bangun dan terburu2 berangkat, gue lupa bawa petunjuk permainan itu untuk dimintai penjelasannya dari Donnie. Pulang kantor, langsung ditagih lagi ama dia. Waduh..... berhubung udah janji, dan nggak bisa ngeles lagi soalnya ini udah akhir pekan, akhirnya gue berinisiatif nyari di internet lewat Google (Thanks Google). Alhamdulillah ada yang bisa main dan kepikiran posting di Internet teknis permainannya(Thanks Klaus and Goldsieber) seperti dibawah ini:

Die Ritter von der Haselnut
by Klaus Teuber
published by Goldsieber

Bits:
1 Board
4 Squirrel Knights
4 Scoring markers
1 die
56 cards (24 robber cards, 32 hazelnut cards)

On the board, a path is depicted. Next to each of the 8 spaces lies a Hazelnut bush.
On the upper left and lower right there is a storage tree. You get points toward your Knighthood for depositing hazelnuts there. First player to get their coat of arms wins.

There are two types of cards:

Nuts:
On most cards, there is a hazelnut. If you find a nut, you turn it faceup before you. The more cards turned in at a hazelnut place, the more points you get.

Robbers:
There are 3 robber cards,
Max Martin, Leo Lynx, and Fritz Fox.

If you turn up one of these cards, place it back on top of the stack you just took it from. Whoever can remember the robber can later use them for points.

Setup:
Shuffle the cards and deal a stack of 7 onto each shrubbery. Each player gets a knight and a scoring stone. The scoring stone starts on the space with an arrow. The knight starts on any free space. Only one knight may start on each space.
The youngest takes the die and starts. Go clockwise from there.

Turn:
On your turn, roll the die and move your knight. The knight may be moved in any direction as long as he does not retracce his steps. More than one knight may share a space, and you may pass other knights freely.

Take a card:
Take the top card of the nearby hazelnut shrub. If it is a hazelnut, turn it up before you. If it is a robber, try to remember the robber, and place it face down on top of the stack.

Knowing robbers:
If a player knows what robber another player has just pulled off the stack, he may shout out the name of the robber. The robber must be called by name. This is only allowed until the next player has rolled his die. If a player calls the correct name, he gets two points. If several have called the name, only the first player to do so gets the two points. The player who turned up the called robber loses his nuts from fright. He returns them to the box. If a player calls the robber, and is wrong, he goes back two spaces. If several players call incorrectly, only the first go back. (House rule. though not specified in the rules, we play that the incorrect call invalidates any following correct call.) Once a player has called, the robber card is removed from the game. If no one calls, the robber goes back on top of the stack.

Storage Tree:
If you move onto a tree by exact count, you may save nuts in the tree. You get as many spaces 1,3,6, or 10 as listed on the chart. You may not sell more than 4 nuts at a time.Shrub without cards:If the shrub has no cards, your turn ends.

End of the Game:
The game ends as soon as two shrubs are without cards. Player with the highest score wins. The game also ends if a player reaches the end of the scoring track. That player wins immediately.

Tactics:
Avoid spaces where players put back robbers. Remember the robbers you draw.Two or three cards are usually enough nuts to go sell. Otherwise, you can be too risky with your nuts.


Petunjuk permainan udah ada, sekarang tinggal dimainkan saja. Kesananya pasti masih ada pertanyaan dari si Aan. Tapi ya.... main dululah sesuai dengan kemampuan.

..........................................................

..........................................................

..........................................................


Lagian.... tujuan utama gue posting ini di blog ini kan.......secara....di laptop gue belum diinstall Windows Office (Thanks lagi buat Donnie udah minjemin CDnya). Mohon maaf buat yang terlanjur baca. Enggak manfaat banget alias rugi udah melototin ya,....he...he....Tapi buat gue, ini salahsatu manfaat kehadiran blog.....bisa jadi sarana penyimpanan data sementara.

Thursday, January 04, 2007

Disneyland Paris (part Two)

Fhiuhh....finally I got that crush to finalize this task. Just to avoid that it won't be stuck some where in my brain any longer.

06 Nov 2006

The day two after having breakfast (which was excluded from the room charge), we five were heading to Disney bus stop just in front of the hotel gate. The duration was every 20 minutes, fair enough to wait for. The cozy and comfortable buses are compliment from Disney Land and Disney Hotels owners for those tourists occupying the hotels and intended to visit the 'cartoon heaven'.

It took five minutes from our hotel to reach Disney gates. From far you could already see the famous Mickey head. The kids were even more excited by seeing it. We -I mean I as the group leader :-) decided to take complete day tour for both Disney Studios and Disney Park, and started to go to the Studios first, since the park had a later closing time. Later on I found out that it was surely not enough to visit both places in only one day.

The studios consisted of several halls so called studios, and presented several Disney movies and also behind scenes shootings. Studio One was presenting the clips of recent Disney animation movies including Lightning Mc Queen aka CARS - narrated by Owen Wilson (animation movie directed by John Lasseter and happened to be one of animation box office in Hollywood history beside The Lion King) and happened to be the favorite figure of Aan. He was watching those clips very cautiously. On one session, the moderator could even chat and shout to the playing cartoon figures. It was amazing how they make use of technology. We were also drawing some cartoon pictures and put the papers carefully on a wheel and then swing it. The static drawn bird suddenly moved the wings and flew...... The basic principle of animation....

We were having lunch in the only available food hall, which only serve pizza, burgers and all those kind of fast foods. Fine enough to throw away the coldness of 5 degrees and our hunger.

Being full with the food, we then joined tram tour around the studios, viewed some backgrounds of Disney movies including Roman empires. Interesting was when we experienced like being in an earthquake situation, where the tram stopped near a blowing trucks and water flood came onto it. The fire was hot (of course) and Dinda’s jacket was barely wet from the water spray. The train was also juddered / shaken as if it was affected by the turmoil. It was quite a fun though, even for an old Spanish man who sat behind us and screamed ear-splittingly at that time. Funny thing to see was that Disney movies’ cartoon figures playing hide and seek from corner to corner with the visitors for being tired of taking photographs and giving autographs.

Around 3 pm we were down to the park and welcomed by the parade of fairy tales figures, from Aladdin with the magic lamp and flying carpet, Beauty and the Beast, Jasmine, Toy Soldiers, Snow White and the seven dwarfs, etc. Riding Jumbo Elephant, Flying Carpet, and also Teacup were enough for me, but not for the kids. We did not manage to play the Space Mountain Rollercoaster (where people were sitting in a capsule and shot by catapult and drove through a rapid distance in an absolute darkness) since the kids were way underage. But we (and Mr. Buzz LightYear) did have a nice score in a space X-Ray war against the Evil Emperor Zurg and his soldiers to protect the Galaxy. Heading back to Hotel at 10.00 pm was the end of that day journey.

07 Nov 2006

The clock showed 10.30 when we reached Marney La Valley train station. Eiffel was our destination, and visiting an old friend of mine Rangga, native Toraja girl married to Mr. LeMoing eight years back and lived in Paris since then on.
Hit Paris at 11.30 we were invited for a nice lunch by the host and the hostess. Chicken curry, fried tahu, and tumis kangkung were the hot serving. Yummy…thanks Ga.

From far the tower seemed like betting people to climb its 15.000 metal construction. Built in 1889 and designed by Gustave Eiffel – also co builder of Liberty statue – Eiffel tour needed at least two hours should anybody wanted to reach the tower, especially in a still peak season. Statistic noted that it was visited by ca. 30.000 people in a day. Ckckckckc…….

Considering the cold wind, we were not so interested to do so, moreover by seeing the queuing people from both sides (stairs and lift). Besides, it was way too late to get over the top of this ca. 300 mtr tower. We were only riding carrousel, eating chocolate crepe while walking through the cozy side of Seine River and scenery of green Champ de Mars and Trocadero Park. I just sighed and remembered:

Voir Paris et mourir (see Paris then die…).